Senin, 30 Juni 2025

Banquette Seating


Banquette seating adalah jenis tempat duduk yang menempel pada dinding, seringkali berlapis kain, yang biasanya digunakan di restoran, kafe, atau area makan lainnya. Banquette dirancang untuk memaksimalkan penggunaan ruang dan memberikan kesan yang lebih intim dan nyaman dibandingkan dengan kursi individual. 

Berikut adalah beberapa poin penting tentang banquette seating:

Konstruksi:

Banquette biasanya merupakan tempat duduk yang menempel pada dinding, meskipun ada juga yang berdiri bebas. 

Desain:

Banquette dapat dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran, dan seringkali berlapis kain untuk menambah kenyamanan. 

Fungsionalitas:

Banquette dirancang untuk memaksimalkan penggunaan ruang, terutama di area yang terbatas, dan dapat memberikan kesan yang lebih intim dan mewah. 

Kenyamanan:

Banquette memberikan tempat duduk yang nyaman dan dapat mengakomodasi lebih banyak orang dibandingkan dengan kursi biasa, terutama di ruang yang lebih kecil. 

Fleksibilitas:

Banquette dapat disesuaikan dengan berbagai bentuk dan ukuran ruangan, menjadikannya pilihan yang fleksibel untuk berbagai jenis ruang. 

Secara keseluruhan, banquette seating adalah solusi tempat duduk yang stylish, fungsional, dan hemat ruang yang dapat meningkatkan estetika dan kenyamanan suatu ruang. 

Banquette, dalam konteks perhotelan, menawarkan berbagai layanan yang berpusat pada penyediaan fasilitas dan pelayanan untuk acara khusus. Jasa yang ditawarkan meliputi perencanaan dan pelaksanaan acara, penyediaan tempat, pengaturan makanan dan minuman, serta pelayanan kepada tamu. 

Banquette seating, atau tempat duduk bangku, memiliki berbagai jenis yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan ruangan dan gaya yang diinginkan. Beberapa jenis banquette seating yang umum antara lain: single booth, double booth, half circle booth, ¾ circle booth, dan, wall bench.

Single booth :

Banquette seating jenis single booth adalah jenis tempat duduk bangku yang dirancang untuk satu orang, biasanya dengan satu sisi menempel ke dinding atau struktur lain.


Double booth :

Banquette seating jenis double booth adalah jenis tempat duduk banquette yang dirancang untuk dua orang atau lebih, biasanya dengan dua sisi tempat duduk yang saling berhadapan.


Half Circle booth :

Banquette seating jenis half circle booth adalah bangku panjang yang berbentuk setengah lingkaran, sering digunakan di restoran atau kafe untuk menciptakan suasana yang intim dan nyaman.



Banquette Seating bangku menawarkan perpaduan serbaguna antara kenyamanan, fungsionalitas, dan daya tarik estetika. Baik Anda ingin memaksimalkan ruang di sudut sarapan yang nyaman, menambah keanggunan ke ruang makan, atau menciptakan suasana yang mengundang di kafe, bangku khusus dapat disesuaikan dengan kebutuhan Anda. Dalam video ini, kita akan menjelajahi inspirasi desain, pilihan material, dan solusi cerdas yang terintegrasi dengan penyimpanan. Untuk tutorial lengkap dan panduan pemasangan terperinci, tonton video lengkapnya di sini!


Banquette Seating menawarkan perpaduan sempurna antara gaya, fungsionalitas, dan efisiensi ruang, menjadikannya pilihan ideal untuk rumah, restoran, dan ruang komersial. Baik Anda ingin menciptakan sudut sarapan yang nyaman, ruang makan yang bergaya, atau solusi tempat duduk hemat ruang dengan penyimpanan internal, bangku khusus dapat disesuaikan agar sesuai dengan kebutuhan dan preferensi desain Anda. Jelajahi inspirasi desain, pilihan material, dan kiat ahli untuk mengubah ruang Anda - unduh panduan lengkap DI SINI untuk semua detailnya!








Jumat, 27 Juni 2025

ANEKA MAKANAN JEPANG


 Ramen Jepang (Shoyu Ramen)

“Shoyu” berarti kecap dalam bahasa Jepang. Ramen shoyu mengambil bahan yang mengandung umami dan mencampurnya dengan cairan yang direbus lama untuk menghasilkan kuah yang matang. “Ramen shoyu menggunakan kecap, yang menawarkan rasa yang sedikit manis dan sangat umami,” kata Takebe. 

Kaldu ini juga menjadi pusat perhatian di salah satu tempat populer di Manhattan.“Kuah kaldu penting karena kedalaman, rasa, tekstur, dan kelembutannya. Secara pribadi, saya suka shoyu,” kata Rasheeda Purdie, pemilik Ramen by Rā

Shoyu Ramen berasal dari Jepang, negara yang tentu saja terkenal akan cita rasanya yang istimewa.
Hidangan ini merupakan perpaduan lezat antara ayam yang diglasir kedelai, kaldu yang harum, dan keharmonisan mi yang sempurna, menjadikannya favorit yang menenangkan di kalangan penduduk setempat.

Bayangkan kaldu yang kaya dan gurih yang berpadu dengan umami kecap dan manisnya mirin.
Ayam yang digoreng dengan udara dan diglasir kedelai menambahkan tekstur yang renyah, sementara jamur enoki dan daun bawang memberikan kerenyahan yang segar.
Bersama-sama, mereka menciptakan simfoni rasa, membuat setiap seruputan menjadi perjalanan menuju kebahagiaan kuliner.



Ramen shoyu biasanya diberi tambahan daging babi rebus atau juga dapat diganti menggunakan daging sapi, daun bawang, telur lunak, rebung, rumput laut, dan terkadang sepotong kue ikan yang dihias dengan pusaran merah muda. Membuat ramen shoyu klasik biasanya memakan waktu setidaknya dua hari, karena beberapa bahan perlu direndam semalaman.


Anda dapat megunjungi halaman video dibawah ini
agar dapat melihat secara visual bagaimana proses pembuatannya dan agar anda dapat membayangkan rasa dari Ramen Shoyu ini




IKEBANA : SENI MERANGKAI BUNGA DARI JEPANG YANG PENUH MAKNA

 


Jepang dikenal dengan negara yang memiliki daya tarik tersendiri dalam budaya tradisionalnya. Orang Jepang sangat menghargai alam, hal tersebut kemudian mempengaruhi berbagai budaya yang mereka miliki. Salah satu budaya tradisional Jepang yang menarik adalah ikebana. Kata ikebana sendiri terdiri dari dua kanji, yaitu ike (生) yang berarti hidup dan hana (花) yang berarti bunga. Jadi, rangkaian bunga ikebana adalah merangkai bunga agar tampak hidup (Aminudin, 1991:91).

Seni ikebana adalah kegiatan merangkai bunga untuk membentuk karangan yang indah. Rangkaian ikebana memadukan berbagai hal dari tamanan, tidak hanya bunga tetapi juga meliputi ranting, daun, hingga rerumputan. Bagi masyarakat Jepang rangkaian ikebana memiliki filosofi yang melambangkan keselarasan antara langit, bumi, dan manusia.

Prinsip ikebana yang paling mudah dipahami adalah rangkaian bunganya dibagi menjadi 3 bagian, yaitu (天) ten yang berarti langit, (人) hito yang berarti manusia, dan (地) chi yang berarti tanah. Hal ini disebabkan seni ikebana juga dipengaruhi unsur keagamaan, sehingga banyak rangkaian ikebana yang melambangan kehidupan. Dengan demikian, seni ini merupakan kombinasi dari alam, teknik, dan kreativitas manusia. Dibutuhkan konsentrasi dan ketekunan tinggi dalam merangkai ikebana.

Awalnya pada abad ke-15 ikebana disebut dengan tatebana (立て花) yang memiliki arti bunga yang berdiri. Kemudian pada sekitar abad ke-17 berkembang menjadi gaya rikka (立華), rangkaian bunga yang lebih indah, rumit, dan lebih kompleks daripada rangkaian tatebana. Gaya rikka awal merujuk pada gunung Meru yang diangap pusat semesta dalam agama Buddha. Gaya ini diciptakan oleh seorang biksu Buddha dari Sekolah Ikenobo sehingga rangkaian bunga ini dipengaruhi oleh agama Buddha.

Kemudian di masa yang sama, muncul gaya rangkaian bunga yang dipengaruhi upacara minum teh (chanoyu) yang dikenal dengan nama chabana yang berarti bunga teh. Hal ini tidak terlepas dari fungsi ikebana yang pada masa itu digunakan sebagai dekorasi ruangan minum teh. Kemudian tidak lama setelah itu muncul gaya lain yang sangat sederhana, yaitu nageire yang dapat diartikan melemparkan atau membuang. Nageire ini merupakan rangkaian bunga bergaya bebas.

Selanjutnya Jepang mengalami restorasi meiji yang menyebabkan banyak budaya Barat masuk ke Jepang. Hal tersebut juga mempengaruhi berbagai budaya dan kesenian yang ada di Jepang, termasuk ikebana. Mulai muncul aliran baru yang disebut dengan moribana. Gaya ini lebih berfokus pada warna dan pertumbuhan tanaman sebagai respon dari bunga-bunga baru yang diperkenalkan orang Barat yang datang ke Jepang.

Seiring dengan berkembangnya zaman, seni ikebana ini tidak hanya dipraktikkan oleh kaum biksu dan kaum bangsawan, tetapi sekarang ikebana sudah menyebar luas dalam berbagai lapisan masyarakat Jepang. Sehingga banyak sekolah yang mengajarkan seni merangkai bunga ikebana diantaranya yang populer adalah Ikenobo, Sogetsu dan Ohara. Masing-masing dari sekolah tersebut juga memiliki ciri khas atau karakteristik tersendiri dalam gaya rangkaian ikebana mereka.


Pada umumnya dalam ikebana dikenal tiga gaya (style) di antaranya:

1. Gaya rikka
Rikka adalah gaya tradisional yang memiliki bentuk rumit, megah, mencerminkan kebesaran alam, dan banyak digunakan dalam upacara keagamaan. Gaya yang berkembang sekitar awal abad ke-16 ini juga mencerminkan simbol kehidupan yang harmonis.
2. Gaya shoka
Shoka adalah gaya rangkaian bunga yang sederhana, tidak terlalu formal tetapi masih memiliki karakteristik tradisional. Gaya ini difokuskan pada bentuk asli tumbuhan. Rangkaian bunga gaya ini berbentuk tiga garis komposisi membentuk segitiga tidak sama kaki. Dikembangkan oleh Ikenobo Senjo seorang pendeta kepala kuil Rokhahindo di Kyoto. Gaya ini mendapat pengaruh Barat, sehingga berkembang pula rangkaian nageire yang dapat diartikan dimasukan (rangkaian dengan vas tinggi dengan rangkaian hampir bebas) dan moribana (rangkaian menggunakan wadah rendah dan mulut lebar).
3. Gaya jiyuka
Jiyuka adalah rangkaian ikebana yang bersifat bebas (free style) dimana rangkaiannya berdasarkan kretivitas serta imajinasi dari pembuat. Dalam rangkaian bunga gaya ini, kawat, logam, dan batu digunakan secara menonjol. Gaya ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu rangkaian yang dirangkai secara alami dan rangkaian yang dirangkai secara abstrak.

Seni ini dapat kita terapkan dikeseharian kita di Indonesia terkhusus jika ada peringatan hari hari spesial seperti hari Ibu atau Ayah, di hari raya dapat digunakan sebagai pemanis ruangan agar tampak lenih indah, dan hari hari spesiall lainnya.










BUDAYA KERAMAHTAMAHAN DI JEPANG (OMOTENASHI)


 
Negara Jepang merupakan salah satu negara yang maju di wilayah Asia, dengan kemajuan teknologi dan industry yang sangat pesat membuat negara Jepang mempunyai keunikan terhadap negaranya dan menjadi negara dengan yang sangat di minati oleh hampir seluruh orang yang ada di dunia untuk berkunjung dan berwisata di negara Jepang. Wisata di Jepang sangat banyak pilihannya mulai dari wisata modern hingga wisata tradisionalnya.

Selama berwisata di Jepang tentunya kita akan banyak bertemu dengan penyedia jasa layanan di Jepang mulai dari transportasi umum, penginapan, rumah makan, dan masih banyak lainnya. Budaya yang ada di Jepang sangatlah banyak dan unik, salah satu keunikan yang ada dalam budaya Jepang adalah budaya ramah tamah yang berbeda dengan budaya budaya ramah Tamah di negara lain. Budaya ini disebut dengan Omotenashi. Omotenashi sudah ada sejak jaman Heian dan biasanya ada dalam sebuah upacara tradisi pada saat itu, namun selain dalam tradisi Omotenashi pada masa sekarang sudah sangat melekat dengan kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari hari di negara Jepang.

Apa yang dimaksud Omotenashi?

Omotenashi merupakan konsep budaya yang berasal dari negara Jepang dimana sebuah bentuk dalam memberikan sebuah pelayanan yang sangat penuh perhatian, rasa tulus, dan tanggung jawab yang melebihi ekpetasi kepada pelanggan. Omotenashi berasal dari kata motenasu yang mempunyai makna menyambut dan menghibur. Namun dapat juga diartikan atau di definisikan sebagai sikap seseorang dalam menyambut tamu atau orang lain dengan sikap yang asli dan tulus tanpa pamrih. Budaya omotenashi ini awalnya ada dan digunakan pada jaman Heian pada saat upacara minum teh (sado) namun seiring berjalannya waktu budaya omotenashi diterapkan dalam kehidupan sehari hari terutama dalam bidang yang memberikan pelayanan jasa.

Omotenashi di Jepang dapat di temui paling mudah dalam bidang pariwisata, terutama perhotelan, dan rumah makan. Contohnya jika dalam perhotelan atau ryoukan pihak pegawai akan dengan sepenuh hati melayani kebutuhan pelanggan dengan sepenuh hati di usahakan untuk memenuhinya denganrasa tulus dan tanpa pamrih, dalam rumah makan contohnya pada saat pelanggan memasuki kedai pegawai sudah dapat merekomendasikan sesuai dengan apa yang dimau dan dibutuhkan oleh pelanggan.



Dalam sektor restoran omotenashi diterapkan dengan pelayanan yang cepat dan tanggap namun tidak dengan terburu buru sehingga tamu yang dilayani tetap dapat meninkmati suasana dalam restoran dan menu menu yang tersusun dengan rapi dan cermat sehingga memudahkan pelanggan dalam memilih menu. Pelayanan yang selalu detail dalam melakukan pelayanan seperti tidak pernah membiarkan gelas pada pelanggan kosong dan selalu memperhatikan pelanggan jika disaat dibutuhkan selalu ada tanpa menunggu dan mencari staff terlalu lama. Hal hal yang membuat pelanggan dapat merasakan kenyamaan selama berada di restoran hotel dan tempat wisata di jepang sangat berkesan dan lebih dari hanya sekedar berkunjung, hal tersebut lah yang dapat disebut dengan seni yang melibatkan rasa, aroma, suasana dan kesan yang menyatu menjadi satu.

Penerapan omotenashi dalam kehidupan sehari hari ada dalam banyak hal, berikut merupakan contoh penerapan omotenashi dalam kehidupan sehari hari:

  • Toko buku akan dengan senang hati memberikan sampul buku untuk buku yang sudah pelanggan beli dan dengan senang hati pula akan menyampulkannya untuk pelanggan sehingga tidak perlu repot untuk melakukan sampul buku sendiri.
  • Pada saat musim hujan, toko toko di Jepang akan menyediakan sebuah kantong plastik untuk membungkus payung milik pelanggan yang basah sehingga payung bisa di bawa kedalam toko.
  • Negara Jepang terus mengembangkan fasilitas fasilitas umum dengan baik sehingga bisa digunakan oleh semua orang, terutama untuk orang dengan berkebutuhan khusus

Hampir serupa dengan indonesia Jepang juga sering disebut Negara paling ramah di dunia, hal ini disebabkan oeleh budaya budaya yang diterapkan disana. Di Indonesia kita disebut ramah karena warga Indonesia sering kali secara spontan menyapa orang lain meskipun orang tersebut tidak kita kenali, sedangkan di Jepang ini sudah termasuk ke dalam budaya lokal disana.











BUDAYA JEPANG YANG SANGAT MENJAGA KEBERSIHAN


Memang tak semua orang di Jepang punya kesadaran tinggi akan kebersihan seperti sesepuh mereka, Marie Kondo. Namun, ketika berbicara tentang hal tersebut, Jepang tetap yang terdepan.

Di Jepang, ada gagasan umum bahwa kebersihan adalah hal yang baik dan terpuji. Anak-anak diajarkan membersihkan sekolah dan melakukan ritual membersihkan shinkansen. Tak perlu waktu lama bagi turis untuk terlibat dalam kebiasaan baik seperti menyapu, mengelap peralatan, tidak menjilat perangko, dan melepas sepatu sebelum memasuki gedung.

Ada berbagai hal yang menyebabkan Jepang tumbuh sebagai negara maju yang tetap menjaga kebersihan. Berikut delapan di antara budaya bersih yang telah melekat dengan masyarakat Jepang:

Tidak ada tempat sampah tak masalah
Ketika menginjakkan kaki pertama kali di Jepang, akan ada banyak tempat sampah umum di dekat stasiun. Di beberapa negara, penyediaan tempat sampah dipercaya akan mencegah orang buang sampah sembarangan. Namun, di Jepang, orang tidak mengandalkan orang lain untuk membersihkan sampah mereka. Sejak kecil mereka telah diajarkan untuk bertanggung jawab atas sampah mereka sendiri.

Kebersihan Rumah dan Perkantoran
Mengapa harus ada petugas khusus jika setiap orang mampu menjaga kebersihan? Begitulah konsep yang dipakai orang Jepang. Setiap pagi, berbagai macam orang di Jepang akan menyapu dan membersihkan lingkungan mereka sendiri. Kebersihan lingkungan tidak diserahkan pada petugas kebersihan, namun pada penjaga toko, karyawan kantor, perawat, dan profesi lainnya.

Gomi Toban

Di Jepang, ada seni yang dikenal dengan nama Gomi Toban. Ini adalah seni memisah-misahkan sampah berdasarkan jenisnya. Barang-barang yang dibersihkan setiap hari dipilah-pilah, terutama yang masih dapat didaur ulang atau digunakan kembali. Mereka akan membuang barang yang telah berusia satu tahun.

Peran Sukarelawan
Jepang memiliki organisasi nirlaba yang siap membantu pemerintah dalam menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan. Greenbird misalnya, tersebar di berbagai provinsi (prefektur) di Jepang. Mereka mengajak warga Jepang secara rutin membersihkan area-area publik, misalnya di dekat stasiun. Sampah yang diambil bukan hanya botol-botol bekas beer atau minuman bersoda. Bungkus permen sekalipun akan dibersihkan oleh mereka. Kemasyhuran Greenbird telah sampai ke Singapura dan Eropa.

Begitulah Jepang dapat mengatasi krisis pencemaran lingkungan yang ada disana, meskipun balik lagi tidak semua orang jepang memiliki kesadaran yang sama akan pentingnyya menjaga kebersihan lingkungan. Tetapi demikian Jepang tetap menjadi Negara yang dapat menyadarkan warganya akan betapa pentingnyya menjaga kebersihan lingkungan, sampai Jepang dapat dijadikan contoh berbagai negara maju lainnya.